Jumat, 27 Maret 2015

Manusia Berbudaya




MANUSIA BERBUDAYA

   A.    Pengertian Manusia Berbudaya
                Kebudayaan pada hakikatnya adalah segala sesuatu yang dihasilkan oleh akal budi manusia. Dari batasan tersebut maka dapat dikatakan bahwa Manusia sebagai makhluk berbudaya adalah makhluk yang senantiasa menggunakan akal budinya untuk menciptakan kebahagiaan. Karena yang membahagiakan hidup manusia itu adalah suatu perbuatan yang baik, benar, dan adil. Maka dapat dikatakan hanya manusia yang selalu berusaha menciptakan kebaikan, kebenaran, dan keadilan sajalah yang berhak menyandang gelar manusia berbudaya.[1][1] Budaya sebagaimana Istilah ini digunakan dalam antropologi ,
tentunya tidaklah berarti pengembangan di bidang seni dan keaggungan sosial. Budaya lebih diartikan sebagai himpunan pengalaman yang dipelajari.[2][2] Setiap kebudayaan adalah sebagian jalan atau arah didalam bertindak dan berpikir, sebab itulah kebudayaan tidak dapat dilepaskan dengan individu dan masyarakat.[3][3] Ciptaan manusia yang dinamakan kebudayaan, sesungguhnya hanya mengubah kenyataan yang telah disediakan oleh alam, baik alam diluar maupun di dalam diri manusia itu sendiri.
                 Manusia berbudaya adalah manusia yang memiliki perilaku dan tingkah laku yang berakal budi yang diwariskan dari generasi ke generasi. Manusia berbudaya juga dapat diartikan sebagai manusia yang dalam kehidupannya berperilakuan baik, bermoral, sopan dan santun terhadap sesama manusia atau mahluk ciptaan tuhan.[4][4] Perilaku manusia berbudaya adalah perilaku yang dijalankan sesuai dengan moral, norma-norma yang berlaku dimasyarakat, sesuai dengan perintah di setiap agama yang diyakini, dan sesuai dengan hukum Negara yang berlaku. Dalam berperilaku, manusia yang berbudaya tidak menjalankan sikap-sikap atau tindakan yang menyinpang dari peraturan-peraturan baik berupa norma- norma yang ada di masyarakat maupun hukum yang berlaku.
Sesuai dengan kedudukannya sebagai makhluk individu, makhluk sosial, dan makhluk ciptaan Tuhan, maka kebaikan, kebenaran, dan keadilan yang diusahakan itu tidak hanya diusahakan semata-mata hanya untuk dirinya sendiri, melainkan juga untuk masyarakat sekitarnya, bahkan juga untuk makhluk lain ciptaan Tuhan.
Seseorang dikatakan berbudaya apabila perilakunya dituntun oleh akal budinya sehingga dapat mendatangkan kebahagiaan bagi diri dan lingkungannya serta tidak bertentangan dengan kehendak Tuhan. Dapat dikatakan dengan “bermanfaat bagi lingkungannya” atau paling tidak “tidak merugikan orang lain”.[5][5] Kebahagiaan memang hak semua orang. Namun, dalam memperoleh kebahagiaan, manusia yang mengaku dirinya sebagai makhluk berbudaya selalu berusaha tidak mengurangi apalagi meniadakan sama sekali kebahagiaan pihak lain. Bahkan pihak lain sedapat mungkin ikut merasakan kebahagiaan itu.

   B.     Karakteristik Manusia Berbudaya
                            Adanya akal dan budi pada manusia, telah menyebabkan adanya perbedaan cara dan pola hidup diantara keduanya. Karena akal dan budi menyebabkan manusia memiliki cara dan pola hidup yang ganda, yaitu: kehidupan kehidupan yang bersifat meterial dan kehidupan yang bersifat spiritual. Akal dan budi sangat berperan dalam usaha menciptakan kedua jenis kehidupan itu. Untuk menciptakan kebahagiaan hidup jasmani, manusia dan akal budinya selalu berusaha menciptakan benda-benda baru sesuai dengan yang diinginkan. Dengan kata lain manusia yang dengan akal dan budinya serta aktivitasnya sangat besar peranannya dalam mewujudkan dan mengembangkan kebudayaan.
                            Akal dan budi manusia yang mengaku manusia berbudaya, pasti akan menolak bila menyaksikan kehidupan yang seperti kehidupan hewan “siapa yang kuat dialah yang menang”. Sebab pada hakikatnya manusia hidup selalu memerlukan pertolongan yang lain. 
                            Dua kekayaan manusia yang paling utama adalah akal dan budi atau yang biasa disebut dengan pikiran dan perasaan. Kalau dilihat dari segi bentuk fisiknya tidak berlebihan jika manusia menyatakan dirinya sebagai makhluk yang termulia diantara makhluk-makhluk lain ciptaan Tuhan. Banyak bukti dapat ditunjukkan sebagai tanda kemuliaan atau keistimewaan manusia diantara makhluk-makhluk lain ciptaaan Tuhan[6][6] , misalnya:
1.      Semua unsur alam termasuk makhluk-makhluk lain, dapat dikuasai dan dimanfaatkan manusia untuk keperluan hidunya
2.      Manusia mampu mengatur perkembangan hidup makhluk lain dan menghindarkannya dari    kepunahan
            3.      Manusia mampu mengusahakan agar apa yang ada di alam ini tidak saling meniadakan.
4.      Manusia mampu mengubah apa yang ada di alam yang secara alamiah tidak bermanfaat menjadi bermanfaat.
5.      Manusia memiliki kreativitas sehingga dapat menciptaka benda-benda yang diperlukan dengan bentuk dan model  sesuai dengan keinginannya.
6.      Manusia memiliki rasa indah dan kerenanya mampu menciptakan benda-benda seni yang dapat menambah kenikmatan hidup rohaninya.
7.      Manusia memiliki alat untuk berkomunikasi dengan sesamanya yang disebut bahasa, yang memungkinkan mereka untuk saling bertukar informasi.
8.      Manusia memiliki sarana pengatur kehidupanbersama yang disebut sopan santun, yang dapat menciptakan kehidupan bersama yang tertib dan saling menghargai.
            9.      Manusia memiliki ilmu pengetahuan yang dapat membuat kehidupan makin berkembang
10.  Manusia memiliki pasanagan hidup antar sesama demi kesejahteraan hidupnya di dunia, selain itu juga mengatur “pergaulannya” dengan Sang Pencipta demi kebahagiaan hidupnya di akhirat kelak.
                            Hampir semua tindakan manusia adalah kebudayaan. Karena yang tidak perlu dibiasakan dengan cara belajar, misalnya tindakan atas dasar naluri(instink), gerak reflek. Manusia yang mempunyai jiwa, mempunyai pula kebudayaan. Hewan yang tidak mempunyai jiwa, tidak pula mempunyai kebudayaan..
Kita akan lebih mengetahui kerakteristik manusia berbudaya dengan membandingkan makhluk yang berkebudayaan dengan makhluk yang memiliki hayat tetapi tidak bekebudayaan yaitu antara manusia dan hewan.


Ada 7 pokok perbedaan antara Manusia dan Hewan[7][7]
1.      Sebagian besar kelakuan manusia dikuasai oleh akalnya, sedangkan pada hewan oleh nalurinya. Dengan akalnya menusia menguasai alam sehingga bisa hidup dimanapun sedangkan hewan hanya pada tempat tertentu saja.
2.      Sebagian besar kehidupan manusia dapat berlangsung dengan bantuan peralatan sebagai hasil kerja akalnya. Alat untuk perlengkapan itu merupakan penyambung akal tersebut. Secara fisik manusia lebih lemah daripada hewan, oleh karena itu dengan akalnya ia menciptakan peralatan untuk mempertahankan diri dari kehidupannya.
3.      Sebagian besar perilaku manusia didapat dan dibiasakan melalui proses belajar, sedangkan hewan melalui proses nalurinya.
4.      Manusia mempunyai bahasa, baik lisan maupun tulisan. Bahasa adalah alat komunikasi antar manusia yang sangat penting untuk menunjang proses belajar, untuk itu bahasa merupakan hal penting yang mendorong kepada perkembangan kebudayaan.
5.      Pengetahuan manusia bersifat “terus bertambah”. Sifat ini disebabkan masyarakatnya yang berkembang dan telah memiliki sistem pembagian kerja.
6.      Sestem pembagian kerja manusia jauh lebih kompleks daripada masyarakat hewan. Pembagian kerja manusia didasarkan atas perhitungan akal dan kepentingannya. Sehingga bidang pekerjaan tertentu ditangani oleh golongan orang tertentu pula, yang ahli di bidang tertentu.
           7.      Manusia sangat beraneka ragam, sedangkan hewan tetap saja.

      C.     Pentingnya Memahami Konsep Manusia Berbudaya
                            Dengan memahami konsep manusia berbudaya maka manusia dapat memperluas pandangan tentang masalah kemanusiaan dan budaya, serta lebih tanggung jawab terhadap masalah-masalah tersebut. Manusia juga dapat lebih peka terhadap nilai-nilai hidup yang ada dalam masyarakat, saling menghormati, serta simpati pada nilai-nilai yang ada pada masyarakat.
                            Pentingnya memahami konsep manusia berbudaya juga agar manusia dapat mengembangkan daya kritis terhadap persoalan kemanusiaan dan daya kebudayaan. Menambah kemampuan untuk menanggapi masalah nilai-nilai budaya dalam masyarakat Indonesia dan dunia tanpa terikat oleh disiplin, mampu memenuhi tuntutan masyarakat yang sedang membangun.
                            Dalam usaha manusia menemukan nilai-nilai yang sesuai dengan kedudukan sebagai makhluk berbudaya, baik sebagai makhluk individu, makhluk sosial maupun makhluk ciptaan Tuhan. Dua kekayaan manusia yang membedakan antara manusia dengan makhluk lain ialah akal dan budi, memungkinkan munculnya cipta (Kemampuan berpikir yang menimbulkan ilmu pengetahuan), rasa(karya seni/ kesenian), dan karsa (Kehendak untuk hidup sempurna, mulia dan bahagia yang menimbulkan kehidupan beragama dan kesusilaan) pada diri setiap manusia. Karena akal dan budi ini lahirlah cara dan pola hidup manusia yang berbeda dengan cara dan pola hidup makhluk lain.
                            Disisi lain dengan memahami pentingnya konsep manusia berbudaya maka diharapkan semua masalah dapat diselesaikan secara manusiawi, dengan pengertian tidak sampai menimbulkan kerugian bagi semua pihak yang terlibat. Jangan sampai masing-masing pihak hanya memandang masalah itu dari segi kepentingannya sendiri, melainkan juga memikirkan kepentingan pihal lain. Sehingga menjadikan manusia yang lebih berbudaya dan manusiawi.[8][8]
            Langkah pertama yang harus dilakukan bagi yang berniat menjadi manusia yang  berbudaya, manusia yang sadar akan peranannya sebagai pengemban nilai-nilai moral, ialah manusia yang selalu berusaha memperhatikan dengan sungguh-sungguh pentingnya akal dan budi dan menerapannya. Harus melatih diri mengekang dan mengendalikan hawa nafsu dan berusaha membatasi keinginan dalam segala segi. Tidak akan menginginkan sesuatu yang berlebihan kepada keadaan yang ada di atas kita dan mau ikhlas melihat yang ada di bawah, merupakan suatu latihan yang baik untuk memperhalus akal dan budi. [9][9]


[1][1] Widaghdo, Djoko, Ilmu Budaya Dasar, cet.4, Bumi Aksara, Jakarta, 1994, hal.24
[2][2] Keesing, roger.AntropologiBudaya, Erlangga. Jakarta.1992Hal68
[3][3] Prasetya, joko Tri, Ilmu Budaya Dasar, Rineka Cipta, Jakarta, 1991, hal.37
[4][4] http://mediaamirulindonesia.blogspot.com/2011/03/manusia-berbudaya.html .
[5][5] Widaghdo, Djoko, Ilmu Budaya Dasar, cet.4, Bumi Aksara, Jakarta, 1994, hal.25
[6][6] Widaghdo, Djoko, Ilmu Budaya Dasar, cet.4, Bumi Aksara, Jakarta, 1994, hal.32-33
[7][7] Widaghdo, Djoko, Ilmu Budaya Dasar, cet.4, Bumi Aksara, Jakarta, 1994, hal.22-23
[8][8] Widaghdo, Djoko, Ilmu Budaya Dasar, cet.4, Bumi Aksara, Jakarta, 1994, hal.17
[9][9] Widaghdo, Djoko, Ilmu Budaya Dasar, cet.4, Bumi Aksara, Jakarta, 1994, hal.31